A. Definisi belajar
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat(reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi didalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, diantaranya:
1. Relativel permanent, yang secara umum menetap.
2. Response potentiality, kemampuan bereaksi
3. Reinforce, yang diperkuat
4. Practice, Praktek atau latihan
Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi pendidikan”, mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu dikemukakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar. (Muhibbin Syah, 2010:90)
Menurut Nana Sujana belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sesorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. (Nana Sujana, 2013:28)
Wasty Sumanto mengutip pendapat Howard L. Kingsley mengatakan belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Selain itu menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. (Wasty Sumanto, 2012: 104)
Dalam pandangan al-Ghazali, yang dikutip oleh Andewi Suhartini (2007: 586), keunggulan manusia mengenai pengetahuan, salah satunya terletak dari cara manusia memperolehnya, yaitu ada yang diperoleh melalui ilham dan mukasyafah dan ada yang diperoleh dengan cara belajar dan berpikir. Ilmu jenis pertama, diperoleh seseorang tanpa melalui usaha dan seseorang tidak tahu dari mana dan bagaimana cara ilmu tersebut berada dalam dirinya, sedangkan jenis ilmu yang kedua, diperoleh manusia dengan cara i’tibar (mengambil pelajaran) dan istibshar (melakukan pengkajian), cara yang kedua inilah yang kemudian disebut dengan belajar. Beberapa pengertian dari para ahli lain mengenai pengertian belajar diantaranya yaitu:
ü Learning is the development of new associations as a result of experience (Good & Boophy, 1977).
ü LEARNING is shown by a change in behavior as a result of experience (Cronbach, 1954, p. 47).
ü LEARNING is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Spears, 1955, p. 94).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu proses interaksi keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan mendapatkan stimulus dari lingkungan yang menjadikan perubahan pada diri seseorang kearah yang lebih baik, misalnya dari tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakuakan sesuatu.
B. Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya ragam-ragam belajar baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Berikut ini adalah beberapa ragam belajar, yaitu:
1) Ragam Abstrak
Ragam belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2) Ragam Sosial
Ragam belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbvang dan proporsional.
3) Ragam Pemecahan Masalah
Ragam belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas
4) Ragam Rasional
Ragam belajar Rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.
5) Ragam keterampilan
Ragam belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian bidang studi agama seperti ibadah shalat dan haji.
6) Ragam Kebiasaan
Ragam belajar kebisaaan adalah proses pembentukan kebisaaan-kebisaaan baru atau perbaikan kebisaaan-kebisaaan yang telah ada. Belajar kebisaaan selain mengguanakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga menggunakan ganjaran dan hukuman (reward & punishment). Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebisaaan-kebisaaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstektual) serta selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun yang bersifat kultural dan tradisional.
7) Ragam Apresiasi
Ragam belajar apresiasi merupakan belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skill) dimana dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, apresiasi lukisan, benda sejarah dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, menggambar, dan sebagainya. Selain Bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan belajar apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.
8) Ragam Pengetahuan
Ragam belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obejek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasau materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang bisaanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan laboratorium atau penelitian lapangan.
C. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980), Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1. Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3. Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
D. Model-Model Belajar
Bruce Joys dan Marsha Weil (Gage and Barlinner, 1975:444-447) telah mengelompokkan model-model belajar itu kedalam 4 kelompok yaitu:
1. Model Pengolahan Informasi / Information Processing Orientation
Model pengolahan informasi mencakup semua model mengajar yang titik beratnya mengembangkan kemampuan intelektual atau kognitif siswa dengan menggunakan proses-proses deduktif, induktif, pemecahan masalah,dll
2. Model Interakasi Sosial / Social–Interaction Orientation.
Model interaksi sosial mencakup berbagai model mengajar yang tujuannya diarahkan kepada kemampuan bekerjasama secara kooperatif dengan orang lain, disamping memajukan saling memahami dalam kehidupan suatu kelompok sosial satu sama lain.
3. Model Personal – humanistik / Person Orientation
Model Personal mencakup model-model mengajar seperti yang dikembangkan oleh para penganut humanistik education. Sasarannya ialah untuk memberikan kesempatan perkembangan pribadi, kreativitas, dan kehangatn atau semangat hidup setiap individu siswa yang bersangkutan
4. Model modifikasi tingkah laku / Behavior-Modification Orientation
Model modifikasi mencakup berbagai metode mengajar yang ditujukkan dan dititikberatkan pada perubahan-perubahan perilaku ke arah yang diharapkan guru (objectivies model orientation).
Tiap – tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap – hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
a. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa. Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara ketat pula.
Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) serta pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan – pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Disini guru menyampaikan isi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas – tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
3. Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
4. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
4. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
5. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa
2. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat
4. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
5. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar